Jalani hidup
Tenang tenang tenanglah seperti karang
Sebab persoalan bagai gelombang
Tenanglang tenang tenanglah sayang
Tek pernah malas
Persoalan yang datang hantam kita
Dan kita tak mungkin untuk menghindar
Semuanya sudah suratan
Oh matahari
Masih setia
Menyinari rumah kita
Tak kan berhenti
Tak kan berhenti
Menghangati hati kita
Sampai tanah ini inginkan kita kembali
Sampai kejenuhan mampu merobek robek hati ini
Sebentar saja
Aku pergi meninggalkan
Membelah langit punguti bintang
Untuk kita jadikan hiasan
Tenang tenang tenanglah sayang
Semuanya sudah suratan
Tenang tenang seperti karang
Bintang bintang jadikan hiasan
Berlomba kita dengan sang waktu
Jenuhkah kita jawab sang waktu
Bangkitlah kita tunggu sang waktu
Tenanglah kita menjawab waktu
Seperti karang
Tenanglah
Seperti karang
Tenanglah
Cari Blog Ini
Rabu, 06 Mei 2009
JALAN MASIH PANJANG
Matahari bersinar dari balik tembok kaca...
Sinarnya putih mengusir rasa malas...
Diruang tamu para sahabat bicara apa saja....
Sadarkan aku dunia selalu menunggu...
Anak-anak didepan TV...
Menggoda ibu...
Suaranya bagai pedang nabi...
Duduk di kursi menghadap mesin membaca buku waktu......
Bersikap pasti agar tak oleng diserang haru biru.....
Cerita teman garuda nangkring di pelangi........
Waktu yang berjalan melindas sudah tidak tak berbekas........
Kalau saja kita bisa tenang terima segala gempuran....
Gairah bertahan tak bosan-bosan mengilik iman......
Haus darah didalam bibir........
Menggoda ayah.....
Amisnya aku ingin muntah......
Kembali ke diri menjalani sepi
Jernihkan pikiran tidaklah mudah
Menyalakan api menerangi bumi
Melihat kedepan merangkul teman
Jalan masih panjang
Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Diruang tamu para sahabat bicara apa saja
Duduk di kursi menghadap mesin membaca buku waktu
Bersikap pasti agar tak oleng diserang haru biru
Waktu berjalan melindas sudah tidak tak berbekas
Kalau saja kita bisa tenang terima segala gempuran
Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Mataharipun bersinar diatas batas
Sinarnya putih mengusir rasa malas
Anak-anak didepan TV
Menggoda ibu
Suaranya bagai pedang nabi
Haus darah didalam bibir
Menggoda ayah
Amisnya aku ingin muntah
Sinarnya putih mengusir rasa malas...
Diruang tamu para sahabat bicara apa saja....
Sadarkan aku dunia selalu menunggu...
Anak-anak didepan TV...
Menggoda ibu...
Suaranya bagai pedang nabi...
Duduk di kursi menghadap mesin membaca buku waktu......
Bersikap pasti agar tak oleng diserang haru biru.....
Cerita teman garuda nangkring di pelangi........
Waktu yang berjalan melindas sudah tidak tak berbekas........
Kalau saja kita bisa tenang terima segala gempuran....
Gairah bertahan tak bosan-bosan mengilik iman......
Haus darah didalam bibir........
Menggoda ayah.....
Amisnya aku ingin muntah......
Kembali ke diri menjalani sepi
Jernihkan pikiran tidaklah mudah
Menyalakan api menerangi bumi
Melihat kedepan merangkul teman
Jalan masih panjang
Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Diruang tamu para sahabat bicara apa saja
Duduk di kursi menghadap mesin membaca buku waktu
Bersikap pasti agar tak oleng diserang haru biru
Waktu berjalan melindas sudah tidak tak berbekas
Kalau saja kita bisa tenang terima segala gempuran
Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Mataharipun bersinar diatas batas
Sinarnya putih mengusir rasa malas
Anak-anak didepan TV
Menggoda ibu
Suaranya bagai pedang nabi
Haus darah didalam bibir
Menggoda ayah
Amisnya aku ingin muntah
Langganan:
Postingan (Atom)