Cari Blog Ini

Kamis, 30 April 2009

Cendrawasih

Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Kabarkan berita duka alam raya
Hati bumi luka anak durhaka
Terjungkal merintih menghiba

Rindu tergoda oleh tembok
Dendam menampakkan wajah gelap
Tetes air mata para malaikat
Berjatuhan kelahan berdebu

Tak hirau akan kesuburan
Kering menindas nurani

Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Kabarkan cerita menyayat
Bulan berdengung didalam bayangan
Menghadirkan rupa yang tajam

Dibibir tebing kelam tinggi
Lirih terdengar angin berdoa
Gairah harum lembut kebebasannya
Laksana aroma bunga hutan

Tercium dari puncak gunung
Gemetar sadar terancam

Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Di buru luka karena keindahannya
Kesadaran bersinar dengan merdeka
Nyanyi jiwa melebihi tanya

Ada apa gerangan wahai cendrawasih ?
Lingkar matamu hitam letih batinmu
Beratkah deritamu wahai cendrawasih ?
Murung paruhmu kicaukan keluh

Ada apa gerangan ?

Sayap sayap cinta membela bianglala
Sayap sayap cinta membela cakrawala
Sayap sayap cinta membela nuraninya

CHIKAL

Kerbau dikepalaku ada yang suci
Kerbau dikepalamu senang bekerja
Kerbau disini teman petani

Ular dinegara maju menjadi sampah nuklir
Ular didalam buku menjadi hiasan tatto
Ular disini memakan tikus

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus

Kerbauku besar kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana

Sancaku besar sancaku seram
Mengganti kulit keluar sarang makan dan bertapa
Hidupnya sederhana

Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani

Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja

Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau
Temannya petani

Lalu dimana anak anak sang tikus?

Bayi bayi bayi
Murni dan kosong

Bayi bayi bayi
Bayi ya bayi

Kalau kita sedang tidur dan tiba tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari ya lari
Tetapi bayiku tidak

Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya
Aku percaya

Bayiku tidak akan pernah berfikir
Bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik narik kumis
Dan memukul mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan

Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong gorong kota

Lantas apa agamanya?

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong gorong kota

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong gorong kota

Bayi bayi bayi
Murni dan kosong

Bayi bayi bayi
Bayi harimau

Bayi bayi bayi
Yang berkalung sanca

Bayi bayi bayi
Yang di susui kerbau

Beranda malam dibangku terminal

Sebentar lagi pagi kan datang
Walau sang bulan malas untuk pulang
Di bangku terminal benakmu bertanda
Gelisah seorang merasa terbuang

Sedetik ingatnya seribu angannya
Dambakan malam terus berbintang
Di bawah sadarnya nasib bercerita
Hangatnya surya bara neraka

Sampai kapan kau akan bertahan
Dicaci langit tak sanggup menjerit
Hitam awan pasrah kau jilati
Kusam kau dekap dengan muak kau lelap
Pagi yang hingar dengan

Selasa, 21 April 2009

BERSIH DAN SUCINYA HATI PETANI

Suatu hari ada dua orang petani suami isteri yang telah lama mengumpulkan uang bertahun-tahun untuk berangkat haji, dan pada tahun yang telah ditetapkan di mana dia dan sang isteri pasti berangkat haji, ketika pagi-pagi pada saat matahari terbit keduanya sudah bergegas akan meninggalkan kampung halamannya berbulan-bulan untuk memenuhi panggilan ilahi.

Dipagi hari yang cerah mereka berdua sudah berkemas rapi serta mulai berpamitan dengan tetangga dan sanak saudaranya. Namun tiba-tiba tidak jauh dari rumahnya... dia mendengar suara rintihan kesakitan tetangganya dan ketika dia lihat ada seorang bapak sedang mengerang kesakitan menahan rasa sakit yang sangat. Sementara disampingnya ada isteri dan anaknya yang kebingungan harus berbuat apa karena sama sekali tidak memiliki uang sedikitpun.

Melihat hal itu, sepasang petani yang tadinya siap untuk berangkat haji mengurungkan niatnya, serta berkatalah sang suami kepada sang isteri petani ini, "kita berangkat haji sementara tetangga kesakitan, bagaimana kalau niat berangkat haji kita diundur untuk tahun depan saja? dan sang isteripun menjawab, "terserah gimana baiknya aja kanda,''.
Maka keputusan keduanya pun mengundurkan niat naik hajinya tahun ini demi tetangganya yang sedang sekarat menahan rasa sakit itu.

Suatu hari di surga , Tuhan sedang bertanya kepada para malaikatnya... berapa jumlah orang naik haji tahun ini?,'' maka para malaikatnya pun menjawab," hanya ada dua orang ya tuhanku,'' Tuhan pun berkata,'' siapa mereka?,'' malaikatpun menjawab lagi,'' mereka tidak datang ke mekah tetapi hatinya sudah berhaji, mereka adalah pasangan bapak dan ibu petani yang modal berangkatnya diberikan kepada tetangganya yang lagi sakit demi menyelamatkan jiwa tetangganya itu,'' betapa mulianya jiwamu wahai petani suci,... kata malaikat bergumam kagum.

from... nanang qosim yusuf '' the 7 awareness...


Rabu, 15 April 2009

PEREMPUAN TANGGUH

Saat embun pagi masih memeluk kuat ranting2 pohon, saat suara kokok ayam jantan mengumandang merdu, saat gulita masih menemani, saat semuanya masih terlelap dalam indahnya mimpi, seorang perempuan tua sudah terbangun dan dengan tangan sucinya beliau menyiapkan makanan dengan menu alakadarnya untuk sarapan pagi anak-anaknya terkasih.

Waktu masih menunjukan pukul 03 dini hari pagi, tapi beliau sudah siap bergegas untuk melangkah pergi. Mata indahnya menatap wajah anak-anaknya yang lagi tertidur pulas... didekatinya lalu di ciumnya kening anak-anaknya tadi sambil membenahi selimut yang terlepas dari tubuh anak-anaknya. Sementara kaki rapuhnya melangkah dengan pasti dan dengan cekatan tangan kanannya menyambar rinjing tua yang tergeletak dipojok ruangan kumuh itu.

Pagi itu... dengan satu kendaraan istimewanya yang beliau miliki yaitu sepeda kumbang peninggalan waktu penjajahan jepang yang masih tersisa dan harta paling berharga yang beliau punya, perempuan tua itu siap mengayuh sepeda kumbangnya menuju pasar untuk belanja sayur-sayuran untuk di jajakan kembali pagi harinya.

Tak pernah ada keluh, tak pernah ada rasa lelah, walau setiap pagi harus terbangun dan setiap pagi pula beliau harus mengayuh sepeda kumbang miliknya menuju pasar yang jauhnya kira-kira 10KM dari tempat tinggalnya. Dalam hatinya cuma beripikir, alangkah indahnya hidup ini bila bisa menafkahi dan menyekolahkan anak-anaknya sama seperti anak-anak tetangga lainnya yang mampu.

Setelah beradu argumen dipasar dan tak luput dari tawar menawar dengan para penjual sayuran, perempuan tua ini kembali pulang dengan membawa sekeranjang sayur-sayuran dsb. Setibanya di rumah beliau menata barang dagangannya diatas sebuah keranjang dan sedikit berharap.... barang dagangannya bisa laku terjual sebelum matahari terbenam. Setelah beres menata barang dagangannya perempuan tua ini siap melangkahkan kakinya dan siap menjajakannya, tapi.... belum juga kaki melangkah tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.

Matanya menatap bulir-bulir air yang jatuh dari langit dan berharap hujan akan segera reda, tapi sudah satu jam ditungggu hujanpun belum juga mau berhenti. Akhirnya dengan terpaksa beliau melangkahkan kaki rapuhnya untuk menjajakan barang dagangannya walau dalam kondisi hujan. Basah kuyup dan cuma bermodalkan topi dari anyaman bambu beliau melangkah pasti sambil menggendong barang dagangannya, ditanggannya yang satu lagi menjinjing rinjing berisi sayur-sayuran segar.

Dari satu pintu ke pintu yang lain beliau mulai menawarkan barang dagangannya, tak takut masuk angin, tak takut kedinginan beliau tetap dengan semangat yang tinggi mendatangi para pelanggan setianya.

Pukul 16 sore perempuan tua sudah kembali ke rumah. Bajunya sudah tak karuan rambutnya acak-acakan, tapi raut mukanya tetap ceria... dia sangat senang karena barang dagangannya 80% laku terjual. Lalu beliau terduduk lesu dan sambil meneguk secangkir kopi hangat, beliau mulai menghitung uang recehan yang beliau perjuangkan dari pagi buta sampai sore tiba. Receh demi receh beliau hitung dengan teliti dan sampai akhirnya setelah terhitung semua totalnya ada 25 ribu rupiah., lalu beliau mengucapkan ALHAMDULILLAH HIRABBIL ALAMIN... hari ini punya untung 10 ribu rupiah gumamnya girang.



"Masa alllah begitu perkasanya perempuan ini, dari pagi buta sampai sore menjelang dan cuma mendapatkan keuntungan 10ribu rupiah tapi dia tetap girang, rasanya tak sebanding sekali dengan semua pengorbanan dan perjuangan dia, tapi salutnya dia masih saja mengucapkan syukur pada tuhan.

Pelajaran bagi kita semua.... semoga kita dapat belajar dari semangat sosok perempuan ini... beliau begitu ikhlas bekerja siang dan malam dengan hanya satu tujuan ingin melihat anak-anaknya sekolah dan bahagia.

Terima kasih emak..... jasamu tak akan pernah terlupakan.... walau dirimu telah tiada tapi semangatmu akan selalu ada dihatiku....



Senin, 13 April 2009

REMBULAN

Kau jauh dan kini hidup bersamanya
Ukir sebuah cerita tentang sebuah mahligai
Tanpa ada rasa cinta kau jalani semuanya
Demi sebuah wacana bahagiakan mereka...

Kau rela korbankan asa
Harap nan membara sirna seketika
Tatkala semuanya terjadi
Ringkik pilu menyelimutimu
Sedu merdu melintasi dinding-dinding pilu
Setia menghiasi hari-harimu yang sepi..

Wahai purnamaku.....
Sampai kapan kau akan setia menyinariku?
Sampai kapan kau akan hilang dari hatiku?
Tak kuasa bila kuharus melupakanmu
Karena kutahu dirimu begitu berarti buat diriku.....

Wahai purnama....
Terangilah diriku walau cahyamu bukanlah cuma untukku
Tetaplah bersemayam dalam hatiku walau tak mungkin lagi kau kudekap
Peluklah mimpi2 kita dulu sampai kita terlelap
Walau tak berujung....
Kita yakin Tuhan akan memeluk dan mewujudkan mimpi2 kita......

Sabtu, 04 April 2009

Rumput Liar

Aku adalah rumput liar...
Tapi aku bukanlah seorang pengecut...
Aku juga bukan seorang penjilat...
walau aku skedar rumput liar
Tapi aku ingin menjadikan diriku berguna bagi orang lain

Aku hanyalah rumput liar..
Aku tak mau tumbuh menjulang seperti pohon kelapa...
Karena aku yakin
Aku pasti tak mampu menepis angin dan badai yang menerjang tubuhku
Semakin tinggi semakin kencang pula angin dan badai menerpanya....

Aku hanyalah rumput liar
Walau setiap hari terinjak
Tapi gak apa2....
Yang penting aku bisa hidup
Dan selalu tegar walau setiap hari terinjak si pejalan kaki
Karena aku hanyalah rumput liar....