Cari Blog Ini

Rabu, 15 April 2009

PEREMPUAN TANGGUH

Saat embun pagi masih memeluk kuat ranting2 pohon, saat suara kokok ayam jantan mengumandang merdu, saat gulita masih menemani, saat semuanya masih terlelap dalam indahnya mimpi, seorang perempuan tua sudah terbangun dan dengan tangan sucinya beliau menyiapkan makanan dengan menu alakadarnya untuk sarapan pagi anak-anaknya terkasih.

Waktu masih menunjukan pukul 03 dini hari pagi, tapi beliau sudah siap bergegas untuk melangkah pergi. Mata indahnya menatap wajah anak-anaknya yang lagi tertidur pulas... didekatinya lalu di ciumnya kening anak-anaknya tadi sambil membenahi selimut yang terlepas dari tubuh anak-anaknya. Sementara kaki rapuhnya melangkah dengan pasti dan dengan cekatan tangan kanannya menyambar rinjing tua yang tergeletak dipojok ruangan kumuh itu.

Pagi itu... dengan satu kendaraan istimewanya yang beliau miliki yaitu sepeda kumbang peninggalan waktu penjajahan jepang yang masih tersisa dan harta paling berharga yang beliau punya, perempuan tua itu siap mengayuh sepeda kumbangnya menuju pasar untuk belanja sayur-sayuran untuk di jajakan kembali pagi harinya.

Tak pernah ada keluh, tak pernah ada rasa lelah, walau setiap pagi harus terbangun dan setiap pagi pula beliau harus mengayuh sepeda kumbang miliknya menuju pasar yang jauhnya kira-kira 10KM dari tempat tinggalnya. Dalam hatinya cuma beripikir, alangkah indahnya hidup ini bila bisa menafkahi dan menyekolahkan anak-anaknya sama seperti anak-anak tetangga lainnya yang mampu.

Setelah beradu argumen dipasar dan tak luput dari tawar menawar dengan para penjual sayuran, perempuan tua ini kembali pulang dengan membawa sekeranjang sayur-sayuran dsb. Setibanya di rumah beliau menata barang dagangannya diatas sebuah keranjang dan sedikit berharap.... barang dagangannya bisa laku terjual sebelum matahari terbenam. Setelah beres menata barang dagangannya perempuan tua ini siap melangkahkan kakinya dan siap menjajakannya, tapi.... belum juga kaki melangkah tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.

Matanya menatap bulir-bulir air yang jatuh dari langit dan berharap hujan akan segera reda, tapi sudah satu jam ditungggu hujanpun belum juga mau berhenti. Akhirnya dengan terpaksa beliau melangkahkan kaki rapuhnya untuk menjajakan barang dagangannya walau dalam kondisi hujan. Basah kuyup dan cuma bermodalkan topi dari anyaman bambu beliau melangkah pasti sambil menggendong barang dagangannya, ditanggannya yang satu lagi menjinjing rinjing berisi sayur-sayuran segar.

Dari satu pintu ke pintu yang lain beliau mulai menawarkan barang dagangannya, tak takut masuk angin, tak takut kedinginan beliau tetap dengan semangat yang tinggi mendatangi para pelanggan setianya.

Pukul 16 sore perempuan tua sudah kembali ke rumah. Bajunya sudah tak karuan rambutnya acak-acakan, tapi raut mukanya tetap ceria... dia sangat senang karena barang dagangannya 80% laku terjual. Lalu beliau terduduk lesu dan sambil meneguk secangkir kopi hangat, beliau mulai menghitung uang recehan yang beliau perjuangkan dari pagi buta sampai sore tiba. Receh demi receh beliau hitung dengan teliti dan sampai akhirnya setelah terhitung semua totalnya ada 25 ribu rupiah., lalu beliau mengucapkan ALHAMDULILLAH HIRABBIL ALAMIN... hari ini punya untung 10 ribu rupiah gumamnya girang.



"Masa alllah begitu perkasanya perempuan ini, dari pagi buta sampai sore menjelang dan cuma mendapatkan keuntungan 10ribu rupiah tapi dia tetap girang, rasanya tak sebanding sekali dengan semua pengorbanan dan perjuangan dia, tapi salutnya dia masih saja mengucapkan syukur pada tuhan.

Pelajaran bagi kita semua.... semoga kita dapat belajar dari semangat sosok perempuan ini... beliau begitu ikhlas bekerja siang dan malam dengan hanya satu tujuan ingin melihat anak-anaknya sekolah dan bahagia.

Terima kasih emak..... jasamu tak akan pernah terlupakan.... walau dirimu telah tiada tapi semangatmu akan selalu ada dihatiku....